Hukum menyentuh bidzir clitoris
Pertanyaan :
Saudaraku, saya butuh
penjelasan hukum menyentuh bidzir (clitoris) apakah membatalkan wudhu ? Apakah
sama bidzir (clitoris) dengan makhal khitan pada wanita principle nantinya
tidak membatalkan wudhu tatkala menyentuhnya ? Mohon penjelasannya ? Wa'alaikumussalaam.
Jawaban :
Menurut keterangan dalam
kitab Hasyiyah Bujairami 'alal Minhaj, menyentuh clit tidak membatalkan kalau
sudah terpotong, kalau masih nempel membatalkan wudlu.
. (قَوْلُهُ أَوْ
مُنْفَصِلًا) وَلَوْ بَعْضَهُ مَا عَدَا الْقُلْفَةَ فَتَنْقُضُ مُتَّصِلَةً لَا
مُنْفَصِلَةً وَكَذَا بَظْرُ
الْمَرْأَةِ
الْمَرْأَةِ
"Atau (menyentuh dzakar membatalkan meski) dalam keadaan terpisah walaupun sebagian, selain Dari Persian qulfah (kulit penutup kepala penis) maka membatalkan jika masih tersambung dan tidak membatalkan jika dalam keadaan terpisah, dan demikian Botswana monetary unit dengan bidhr (clitoris) wanita".
Tambahan Dari Kasyifatussajaa :
و في المراة شفراها
الملتقيان وهما حرفا الفرج المحيطان به كاحاطة الشفتين بالفم او الخاتم بالاصبع لا
ما فوقها مما ينبت عليه الشعر و خرج بالشفرين الملتقيين ما بعدهما فلو و ضعت
اصبعها داخل فرجها لم ينتقض وضوءها وان نقض خروجه و من ذلك البظر بفتح الباء وهو
لحمة باعلى الفرج و القلفة حال اتصالهما فان قطعا
فلا نقض بهما
Qubul untuk wanita
adalah bagian tepi saling bertemu yaitu tepi farji melingkupi farji seperti melingkupinya kedua bibir kepada mulut, atau seperti
cincin pada jari. Tidak termasuk bagian di luarnya yaitu bagian tempat
tumbuhnya rambut kemaluan dan tidak termasuk.
Setelahnya (bagian lebih dalam) sehingga jika perempuan menaruh jarinya di dalam vaginanya maka tidak membatalkan wudlunya meskipun membatalkan saat keluarnya jari tsb. Dan termasuk bagian qubul adalah badhr (clitoris) dengan ba' difathah yaitu daging di bagian atas farji dan qulfah (penutup hasyafah) saat masih tersambung, sehingga jika keduanya (badhr dan qulfah) dalam keadaan terpotong maka tidak batal wudlu dengan sebab menyentuh keduanya.
Setelahnya (bagian lebih dalam) sehingga jika perempuan menaruh jarinya di dalam vaginanya maka tidak membatalkan wudlunya meskipun membatalkan saat keluarnya jari tsb. Dan termasuk bagian qubul adalah badhr (clitoris) dengan ba' difathah yaitu daging di bagian atas farji dan qulfah (penutup hasyafah) saat masih tersambung, sehingga jika keduanya (badhr dan qulfah) dalam keadaan terpotong maka tidak batal wudlu dengan sebab menyentuh keduanya.
MUTTASHILAN AW MAQTHUU'AN
membatalkan untuk selain
ILLAA. Artinya kalau ILLAA bisa 3 kemungkinan :
- MUTTASHILAN batal MAQTHUU'AN tidak batal.
- MUTTASHILAN tidak batal MAQTHUU'AN batal.
- MUTTASHILAN dan MAQTHUU'AN tidak batal Dan kalimat setelah ILLAA menunjukkan bahwa principle dimaksud ILLAA di sini adalah MAQTHUU'AN melalui kalimah QUTHI'A alias kemungkinan pertama. Dan itu selaras dengan ibaroh di kitab lain. Cilitoris dalam Malay arabnya AL BAZHRU (البَظْرُ ) tidak membatalkan jika menyentuhnya.
Referensi :
Ta'bir sebagaimana dalam
Kitab Hasyiyah Jamal juz one halaman 238 :
فَالْبَظْرُ لَا يَنْقُضُ مُتَّصِلًا وَلَا مُنْفَصِلًا
FAL BAZHRU LAA YANQUDHU
MUTASHILAN
LAA MUNFASHILAN Apakah
sama bidzir(clitoris) dengan makhal khitan pada wanita principle nantinya tidak
membatalkan wudhu tatkala menyentuhnya ?
Mahallul khitaan adalah
bagian Dari Persian clit principle dipotongta'bir sebagaimana dalam .
kitab Fat-hul Mu'in
(I'anah 4/174)
فالواجب في ختان الرجل قطع ما يغطي حشفته حتى تنكشف كلها
والمرأة قطع جزء يقع عليه الإسم من اللحمة الموجودة بأعلى الفرج فوق ثقبة البول
تشبه عرف الديك وتسمى البظر ....
WAL MAR`ATI QATH'U JUZ`IN
YAQA'U 'ALAIHIL ISMU MINALLAHMATI AL MAUJUUDATI Bi A'LAL FARJI FAUQO TSUQBATIL
BAULI TUSYABBIHU 'ARFADDIIKI
TUSAMMAA AL BIZHRA
Keterangan di Kasyifah mengikuti teks principle katanya Dari Persian Mohammedan
Ramli. Namun hal itu dibantah oleh Mohammedan Barmawi sebagiamana dikutip oleh
Hasyiyah Jamal ta'birnya sbb :
وَمَا نُقِلَ عَنْ الْعَلَّامَةِ م ر مِنْ أَنَّ الْبَظْرَ -
قَبْلَ قَطْعِهِ - ، وَمَحَلَّهُ - بَعْدَ قَطْعِهِ - نَاقِضٌ لَمْ يَثْبُتْ
عَنْهُ ، وَإِنْ وُجِدَ فِي بَعْضِ نُسَخِ شَرْحِهِ ا هـ بِرْمَاوِيٌّ
.
Berikut ta'bir Kasyifah
halaman 96 :
ومن ذلك البظر بفتح الباء وهو لحمة بأعلى الفرج والقلفة حال
اتصالهما فإن قطعا فلا نقض بهما
Dalam Hasyiyah Syarwani
sama dengan ta'bir Kasyifah, sementara dalam Qalyubi sama dengan Hasyiyah Jamal
Berikut ta'bir Qalyubi juz one halaman 148 :
وَمَا نُقِلَ عَنْ شَيْخِنَا الرَّمْلِيِّ أَنَّ الْبَظْرَ
قَبْلَ قَطْعِهِ وَمَحَلَّهُ بَعْدَ قَطْعِهِ نَاقِضٌ لَمْ يَثْبُتْ عَنْهُ ،
وَإِنْ وُجِدَ فِي بَعْضِ نُسَخِ شَرْحِهِ
Dan berikut ta'bir
Syarwani juz a pair of halaman 146 :
وَأَمَّا الْبَظْرُ وَهُوَ اللَّحْمَةُ النَّاتِئَةُ فِي
أَعْلَى الْفَرْجِ فَهُوَ نَاقِضٌ عَلَى الْمُعْتَمَدِ عِنْدَ الرَّمْلِيِّ
بِشَرْطِ كَوْنِهِ مُتَّصِلًا خِلَافًا لِابْنِ حَجَرٍ فِي قَوْلِهِ بِأَنَّهُ
غَيْرُ نَاقِضٍ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar